Psikiater: Psikiater itu adalah Dokter yang ambil spesialisasi kejiwaan. Banyak orang-orang yang punya masalah perilaku misalnya depresi, gangguan kecemasan, itu disebabkan oleh "chemical imbalance" di otaknya. Sampe sekarang juga belon banyak diketahui kenapa seseorang bisa punya "chemical imbalance" ini..masih panjang banget debat dan researchnya... tapi paling nggak dah ketauan gimana mengoreksinya.. Ada sebagian Psikiater yang juga ambil pelajaran lanjutan ttg terapi perilaku, jadi selain dia kasih terapi obat, dia juga kasih terapi Psikologis (pake omong-ngomong gitu)... tapi ada banyak juga yang hanya ngasih terapi obat.
Kebanyakan untuk masalah kesehatan mental ini, nggak cukup terapi obat aja.. Orang tersebut perlu dibantu "ngeluarin uneg-unegnya" dan belajar skill lain misalnya problem solving skill, anger management skill, social skill, communication skill dsb ..Maka terapi paling baik memang terkadang harus dua-duanya.. Mental health professionals selain psikiater inilah yang biasanya bisa ngasih terapi/ bikin orang belajar skill-skill diatas kalo si psikiater tsb tidak terlatih untuk ngasih terapi tersebut.
Biasanya orang kalo punya masalah, misalnya merasa depresi, nggak langsung ke psikiater. Sebaiknya ke psikolog atau ke mental health professional lain dulu. Nanti mereka bisa liat apakah depresi itu "hanya" karena seseorang nggak punya cukup kemampuan untuk meregulasi emosinya atau ada "chemical imbalance" ini.. kalo pertanyaan ini muncul.. nahhh biasanya si profesional ini akan me REFER si klien ke psikiater, sebagai tambahan. Masalah-masalah kesehatan mental yang dihadapi oleh Psikiater umumnya: Untuk orang dewasa: Depresi, kecemasan, Adult ADD (adult Attention Deficit Disorder) , Obsessive compulsive, phobia, schizophrenia, anorexia, bulimia dsb.. dan kadanga juga buat anak-anak yang di diagnosa memiliki ADHD, ODD, Tourette.. Biasanya buat anak-anak ini sebagai orang tua biasanya ke GP (dokter umum ) dulu, nanti GPnya bisa kasih perkiraan diagnosa dan di refer ke psikiater, atau si orang tua ke psikolog khusus anak, nanti si psikolog ini yang refer..
Jadi intinya.. Kebutuhan terapi pake "obat" biasanya di tempuh kalo ahli kejiwaan lain merasa ada masalah "organik" atau berasal dari otak yang menyebabkan masalah perilaku tersebut.. Jadi obat dipandang sebagai "complementary" ke terapi perilaku yang diberikan oleh ahli jiwa yang lain.. misalnya untuk depresi tadi.. kalo orang terlalu depressed, kadang nggak guna mau diomongin sampe bebusa, inti masalahnya suka nggak keluar..nah si obat itu gunanya untuk menstabilkan mood si orang ini dulu sehingga dia bisa berpikir lebih "jernih" dan jadinya "skill" yang diajarkan oleh ahli jiwa lain bisa dimengerti dan dijalanin secara lebih konsisten, yang tujuannya kalo perilaku yang bermasalah dirubah, masalahnya bisa berenti.
Psikolog: Nah.. ini yang seru karena ada beda standar antara yang disebut "psikolog" di indonesia dengan yang disebut "psikolog " di Amerika atau Inggris. Di Amerika / Inggris dan negara2x yang mengikuti sistem mereka, biasanya yang disebut Psychologist itu orang yang sudah menempuh pendidikan S3 (Doktoral) Psikologi yang sifatnya klinis (Ehmm maksudnya?? liat paragraf di bawah ini....)
Di Psikologi itu jalur S3 ada 2 macem.. yang pertama dalah Philosophical Doctorate (biasanya gelarnya PhD), maksudnya adalah Doktoralnya itu bersifat teoritis, meneliti gitu.. biasanya ini tujuannya kalau seseorang itu mau menempuh karir sebagai akademisi, misalnya jadi guru besar atau peneliti di Lab kejiwaan/ menulis buku atau di jurnal-jurnal ilmiah gitu.. Orang yang ambil jalur ini nggak bisa praktek/ disebut "psychologist" karena dia tidak terlatih untuk menangani klien di lapangan. Teori mungkin jago, tapi dia nggak belajar praktek.
Gelar S3 yang kedua, disebut Clinical Doctorate atau Professional Doctorate, gelarnya bisa macem2x kadang Dclin, PsyD, atau kadang PhD juga (karena sekolahnya mungkin menekankan sekali penelitian on top of clinical practice) makanya musti hati-hati nggak semua PhD bisa praktek kan.. Nah orang-orang yang sudah melewati pendidikan ini bisa di sebut sebagai PSYCHOLOGIST atau Psikolog.. Setelah lulus ini pun seorang psikolog kalo mau praktek pribadi harus punya lisensi dia harus ngelewatin ujian lagi dsb.. Kalau di Amerika, orang-orang yang punya license pasti dia tulis di kartu namanya sebagai Licensed Psychologist (kalo di Inggris disebut Chartered Psychologist artinya dia punya tempat praktek sendiri) .. nah orang yang nggak punya license tetep bisa praktek tapi dia biasanya praktek di rumah sakit atau klinik dan biasanya masih ada orang yang "mengawasi" dia sebagai supervisornya.. Kadang orang yang jago sekalipun males ngambil ujian lisensi karena SUSAH dan mungkin dia males ngurusin administrasi prakteknya sendiri, jadi mending kerja sama orang , terima gaji, beres
Nahhhh.. kalo di INDONESIA.... Yang disebut psikolog itu sebenernya nggak harus punya gelar gelar S3.. DULU sebelum tahun 1992, pendidikan Psikologi di Indonesia itu mengikuti krikulum Belanda.. yang artinya , pendidikan tinggi Universitas itu adalah pendidikan profesional.. jadi dulu itu seseorang ambil jurusan Psikologi 6 tahun (di dalemnya ada penelitian, teori dan praktek) dia setelah lulus menjadi Psikolog .. maksudnya orang yang bisa berpraktek di bidang psikologi.. (Seperti Insinyur/ engineer kan maksudnya.. mereka bisa "praktek" di bidang engineering).. Ada memang orang-orang yang melanjutkan ambil doktor, tapi selama doktor ini lulusan Indonesia, sifatnya adalah Teoritis (untuk keperluan penelitian), di Indonesia tidak ada program doktor yang sifatnya clinical, orang harus ke lur negri (biasanya amerika) untuk ambil gelar yang lebih mengarah ke klinis ini.
Nah... tahun 1992 itu, kurikulum berubah, alesannya adalah.. nggak semua orang yang ambil kuliah psikologi pingin praktek di bidang klinis ngurusin orang stress dll.. ada banyak juga yang mengambil pengetahuan dasar psikologi untuk menunjang karirnya di bidang lain , misalnya politik atau bisnis.. dengan pertimbangan ini lah terus, yang diadaptasi adalah kurkulum amerika, dimana lulusan jurusan psikologi, instead of 6 tahun , jadinya cuma 4 tahun dan di beri gelar Sarjana Psikologi.. Sarjana Psikologi itu nggak boleh praktek, tapi bisa ngelanjutin ke mana yang dia suka.
Yang mau lanjut ini harus ambil lagi tingkat Magister (master/ S2) ..Nah orang yang mau praktek klinis mengambil Magister Psikologi (ini buat modal praktek) yang jurusannya adalah Klinis Dewasa dan Klinis anak (untuk masalah perkembangan) , lau ada lagi yang namanya magister pendidikan.. ini orang-orang yang mau jadi counselor untuk kerja di sekolah2x atau menangani masalah pendidikan misalnya tes IQ, tes bakat-minat dsb.. Lalu (masih di Indonesia nih) ada master lain yang namanya Magister Terapan (applied Psychology) yang saya nggak gitu ngerti spesialisasinya dan terahir Magister PIO atau Psikologi Industri dan Organisaasi , yang tugasnya untuk kerja di bidang misalnya management SDM, Penerimaan tenaga kerja, Pengembangan organiasi, riset pasar (market research/ consumer research) .. mereka ini nggak boleh misalnya menangani masalah depresi atau lainnya.
Sebutannya di Indonesia, karena orang nggak gitu ngerti, ada banyak orang yang ngaku-ngaku dan penertibannya kurang, semua yang sekolah lagi setelah S1 disebut aja Psikolog atau Psychologist, Karena ketidak jelasan dan ketidak ngertian ini ada banyak kasus orang malpractice di jakarta misalnya jual "latihan" supaya diterima kerja, adahal hal ini sangat nggak etis karena "misleading" si pemakai jasa .. Jadi, yang ada di Indonesia harus hati2x karena banyaknya kesimpang siuran ini.
Kapan mesti ke psikolog? Kelebihan psikolog (di amerika) dibanding counselor/ therapist yang punya gelar master adalah.. dia lebih menguasai teapi untuk masalah kejiwaan yang perlu perawatan jangka panjang , misalnya untuk orang-orang di rumah sakit jiwa yang mengidap Schizophrenia. Psikolog juga lebih "ahli" dalam menggunakan alat-alat terapi "baku".. selebihnya ya karena degreenya yang S3 tadi... biasanya Psikolog itu tugasnya jadi "supervisor" dari counselor yang punya gelar master atau pekerja sosial.